Selasa, 25 Mei 2010

info terbaru


Situs Purbakala ditemukan di Ponorogo

Radar Madiun
[ Sabtu, 20 Maret 2010 ]
Diduga Peninggalan Zaman Purbakala
Warga Pager Ukir Temukan Batu Unik

PONOROGO - Warga Desa Pager Ukir, Kecamatan Sampung, Ponorogo, digegerkan dengan temuan batu yang diduga memiliki nilai sejarah tinggi. Batu tersebut berada di dekat sendang yang menjadi sumber air bersih warga. Dari struktur dan penataannya, batu itu ditengarai peninggalan sejarah zaman purbakala. ''Bebatuan itu mirip dengan situs batu zaman megalitikum di Jawa Tengah,'' terang Anto, pemerhati budaya asal Madiun.
Menurut alumnus Antropologi Universitas Udayana Bali itu, tatanan batu tersebut menyerupai punden berundak manusia purba, tempat tempak pemujaan dewa. Itu terlihat dari adanya batu yang mirip peti, batu tertata menyerupai tangga, dan batu besar dengan tulisan yang belum dikenali maksudnya. ''Perlu pemugaran dan penelitian untuk membuktikan benar-tidaknya situs itu,'' katanya.

Temuan tersebut bermula saat Edy Purnomo, kepala desa setempat melihat batu besar dengan tulisan huruf tak dikenal. Setelah itu, dia bersama warga membongkar tanah di sekitarnya. Saat itulah ditemukan batu kotak menyerupai peti. Masih penasaran, warga menyingkap tanah yang menumpuk dengan menyemprot air. Dari situ, terlihat tatanan bebatuan yang menyerupai tangga. ''Kami yakin, kalau dipugar lagi pasti masih ada bagian dari struktur yang ada sekarang,'' jelasnya.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata Ponorogo Gunardi menyatakan telah melihat secara langsung situs tersebut. Pihaknya juga berencana melaporkan hal itu ke Pemprov Jatim. Sehingga perlu dilakukan penelitian tentang ada tidaknya nilai historis bebatuan. ''Secepatnya kami laporkan agar segera dilakukan penelitian,'' pungkasnya.(dhy/sad)

Senin, 24 Mei 2010

Curangi Mesir, Arkeolog Inggris Jarah Makam Fir’aun


BERLIN (Berita SuaraMedia) – Howard Carter, arkeolog Inggris yang menemukan makam raja Mesir Tutankhamen pada tahun 1922, mencurangi otoritas Mesir. Ia melakukan hal tersebut untuk mendapatkan bagian dari harta karun menakjubkan tersebut, demikian diklaim oleh seorang pakar Mesir asal Jerman.

Carter, dengan penemuan sensasionalnya di Lembah Raja-Raja di dekat Luxor yang banyak dipandang sebagai penemuan arkeologis terbaik sepanjang masa, melanggar hukum dengan menyelundupkan barang-barang yang ditemukan dalam makam tersebut ke luar negeri, ia juga memasuki dan menjarah makam tersebut ketika pihak berwenang Mesir sedang tidak ada, demikian kata para pakar di Jerman.

Carter mengklaim bahwa makam berusia 3.200 tahun tersebut memang sudah dijarah di masa lalu, namun para pakar Jerman mengatakan bahwa klaim tersebut tidak benar, kebohongan tersebut dirancang untuk mengakali hukum yang menyatakan bahwa harta karun apapun yang ditemukan secara utuh harus tetap berada di Mesir, namun temuan makam yang telah dijarah bisa dibagi dua, untuk Mesir dan sang penemu.

Keraguan mengenai metode-metode Carter memang bukan hal yang baru, namun perdebatan terus mengemuka berkaitan dengan ditemukannya keberadaan artefak Tutankhamen dalam koleksi museum-museum di seluruh dunia. Mereka mengatakan bahwa artefak-artefak tersebut diam-diam dibawa keluar dari Mesir oleh Carter atau anggota timnya.

Salah satu contohnya adalah Ushabti, sebuah artefak makam dengan nama Tutankhamen yang dipamerkan di Museum Louvre dan hanya mungkin berasal dari makam sang Fir’aun, kata Christian Loeben, seorang pakar Mesir dari museum August Kestner di kota Hanover, Jerman.

Di sebuah museum di Kansas City, Missouri, terdapat dua kepala elang dari emas, menurut hasil pemeriksaan, kepala elang tersebut berasal dari kalung yang melingkar di leher mumi. Ada banyak contoh serupa di museum-museum lain.

“Seluruh objek yang berasal dari makam harus tetap berada di Mesir, jika tidak, maka benda-benda tersebut pasti diselundupkan keluar,” kata Dr. Loeben.

Dengan kebohongannya, Carter telah melakukan kerusakan permanen terhadap proses penelitian Mesir kuno, karena tidak akan pernah diketahui tampak sebenarnya dari makam tersebut ketika pertama kali ditemukan, demikian kata para pakar.

Carter mengatakan bahwa keempat bilik dari makam tersebut telah dijarah sesaat setelah Tutankhamen dikebumikan, dan kembali dijarah 15 tahun kemudian. Carter mengklaim bahwa dirinya menemukan peti-peti yang telah dirusak, vas-vas yang terbuka dan sejumlah perabot kuno. Dekorasi logam dari masing-masing benda lenyap dijarah.

“Pembobolan tersebut adalah sebuah kebohongan,” kata Dr. Rolf Krauss, seorang pakar Mesir yang berbasis di Berlin, kepada Der Spiegel, majalah terkemuka Jerman, pekan ini.

Dr. Loeben mengatakan: “Klaim Carter yang menyebutkan bahwa makam tersebut telah dijarah tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan karena segala hal yang diperlukan untuk penguburan bangsawan masih ada di sana, tidak ada yang hilang.

“Jika saya adalah seorang perampok makam, tentunya saya akan mengambil benda yang betul-betul berharga, bukannya sejenis minyak. Saya tidak mungkin melewatkan cincin emas yang terletak di antara wadah-wadah tersebut.”

Akhirnya, otoritas Mesir, yang memperjuangkan kemerdekaan naasional setelah lebih dari satu abad dicampuri oleh Perancis dan Inggris, menolak untuk membagi harta temuan tersebut, meski teori Carter mengenai perampok makam dipercayai secara umum.

Penemuan tersebut, yang terjadi pada tanggal 26 November petang, ketika Carter mempergunakan linggis untuk membuka lubang di jalan masuk batu sambil memegang lentera untuk menerangi ruang yang ada di bawahnya, akan selalu menjadi salah satu masa-masa paling mencengangkan dalam sejarah arkeologi.

“Apa yang Anda lihat?” tanya Lord Carnavon, donatur pendukung Carter yang berdiri di belakang sang arkeolog. Setelah terdiam beberapa saat, Carter menjawab: “Saya melihat benda-benda yang luar biasa.”

Carter menyaksikan patung-patung binatang, ranjang, patung manusia, singgasana kecil yang terbuat dari emas, dan wadah aneh berbentuk telur yang di kemudian hari diketahui berisi daging yang telah dibalsem untuk sang raja di kehidupan yang akan datang. Dan semua itu hanya benda-benda yang terdapat di bilik paling luar.

Keempat bilik dalam makam tersebut berisi 5.000 objek, termasuk perabot, senjata, enam kereta perang, wadah untuk menyimpan parfum, patung-patung dan benda-benda yang terbuat dari emas dan gipsum, serta perhiasan yang bertatahkan batu kecubung, pirus, dan lapis lazuli.

Peti mati Fir’aun berisi mumi raja yang masih remaja tersebut di dalam sarkofagus yang terbuat dari batu pasir, dan dikelilingi oleh empat bilik yang disepuh emas. Topeng penguburan yang terbuat dari emas bertatahkan batu mulia menjadi simbol dari keindahan dan misteri dunia Mesir kuno.

Tutankhamen diangkat menjadi Fir’aun ketika masih berusia sembilan tahun. Ia diyakini mangkat pada tahun 1323 Sebelum Masehi, dalam usia 18 atau 19 tahun, kemungkinan besar karena keracunan darah setelah mengalami kecelakaan dalam sebuah perburuan.

Penemuan tersebut adalah sebuah sensasi yang mendunia dan menjadi masa jaya Carter, pemburu makam cerewet penuh obsesi yang telah mencari makam Tutankhamen selama bertahun-tahun.

Sebagian besar arkeolog di masa itu meyakini bahwa tidak ada lagi yang tersisa untuk digali di Lembah Raja-Raja, situs mistis yang panjangnya kurang dari satu kilometer yang menjadi kuburan kerajaan selama 500 tahun hingga abad ke-11 Sebelum Masehi. Ada 63 makam yang telah ditemukan dalam penggalian, beberapa abad terakhir, sebagian besar diantaranya telah dijarah oleh perampok makam. Carter, yang tidak pernah mengenyam pendidikan di universitas untuk belajar bahasa Mesir kuno dan huruf hieroglyph, mampu membujuk Lord Carnavon, seorang playboy yang senang mengoleksi mobil balap dan merupakan pengagum harta karun Mesir, untuk menjadi penyandang dana dalam penggalian tersebut.

Dr. Loeben mengatakan bahwa menurutnya Carter telah mengambil benda-benda kuno tersebut ke luar Mesir dengan tujuan utama untuk menghasilkan keuntungan, meski dia kemudian bekerja sebagai seorang pedagang barang antik dan agen untuk museum.

“Jika diakui berasal dari makam Tutankhamen, artefak tersebut akan menjadi sangat berharga. Tapi, menurut saya, dia mengambil beberapa benda untuk disimpan sendiri dan juga untuk para anggota timnya serta Lord Carnavon,” kata Dr. Loeben.

Namun, Carter telah melakukan tindakan yang merugikan dengan mengubah letak benda-benda di dalam makam. Dan oleh karena itu, para arkeolog mustahil mengetahui bagaimana keadaan asli makam tersebut, katanya.

Sebuah dokumen yang tidak banyak diketahui yang ditulis Alfred Lucas pada tahun 1947 menyebutkan bahwa Carter membuka lubang masuk menuju bilik depan makam, dan memasuki makam tersebut secara ilegal tanpa menunggu kedatangan ofisial Mesir, tulis Der Spiegel.

Carter kemudian menutup lubang tersebut dengan keranjang rotan dan kayu sebelum menutupnya dengan segel Mesir kuno untuk menyembunyikan pelanggaran yang dilakukannya.

Meski telah melakukan kecurangan. Tampaknya Carter tidak mendapatkan “hukuman” dalam bentuk kutukan legendari Tutankhamen. Sementara Lord Carnavon meninggal empat bulan setelah makam tersebut dibuka karena terinfeksi gigitan nyamuk, Carter sendiri masih menjalani hidup selama 17 tahun berikutnya dan meninggal di usia 64. (dn/tn) www.suaramedia.com

57 Makam Kuno Mesir Ditemukan



VIVAnews - Sebanyak 57 makam kuno Mesir ditemukan. Sebagian besar berupa peti mayat dari kayu berhias corak dengan mumi di dalamnya.

Seperti diberitakan Associated Press (AP) edisi Minggu 23 Mei 2010, penemuan ini memberi pengetahuan baru khazanah kepercayaan kuno Mesir.

Penemuan arkeolog itu disampaikan Dewan Tertinggi Barang Antik Mesir. Dewan menjelaskan, kuburan paling tua bertanggal sekitar 2750 tahun sebelum masehi.

Pada periode itu diperkirakan pada masa dinasti pertama dan kedua Mesir. Sebanyak 12 diantaranya diketahui merupakan makam penguasa dinasti ke-18 yang memerintah Mesir pada abad Kedua sebelum masehi.

Kepala Arkeologi Mesir Zahi Hawass mengatakan, mumi-mumi yang berasal dari dinasti ke-18 ditutupi dalam linen bertuliskan mantra dari Kitab Kematian. Mumi-mumi itu juga diberi gambar sosok dewa-dewa kuno Mesir.

Abdel Rahman El-Aydi, kepala misi penemuan arkeologi mengatakan hal serupa. Bahwa makam-makam itu dihiasi dengan teks religius. Menurut kepercayaan Mesir Kuno, teks itu akan membantu arwah agar tidak tersesat ke alam neraka.

Pada 31 kuburan bertanggal antara 2030-1840 sebelum masehi, arkeolog menemukan gambar dewa-dewa kuno Mesir yang berbeda. Dewa-dewa itu seperti Horus, Hathor, Khnum, dan Amun, sebagai hiasan.

Dewan juga mengatakan penemuan ini didapat dari penggalian di Lahoun, Fayoum. Lokasinya, berjarak sekitar 70 mil atau sekitar 100 kilometer sebelah selatan Kairo. Tahun lalu, sebanyak 53 makam batu dengan beragam tanggal masa-masa kuno juga ditemukan di wilayah itu.

Jumat, 21 Mei 2010

candi pertama pada perkomplekan candi gedong songo


wuih!!!! pada saat perjalanan ke gedong songo, anak-anak historia berulang kali jantungan soalnya jalan yang di lewati oleh sopir busnya ntu salah, asem bener, jalan yang di lewati curam banget+ tikungan tajam, tapi yang jadi korban malah anak2 bis 2, karena eh karena mereka sebagian ada yang turun trus jalan kaki ke lokasi situs, karena bisnya gak kuat nanjak, suaknone rek, muahahahahahahaha...... (ketawa setan)
Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat sembilan buah candi.

Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).

Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara 19-27 °C)

Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang tertata rapi serta mata air yang mengandung belerang.

Candi ini berdiri kokoh, sendirian. Candi ini menghadap ke arah barat, dan di sisi timur candi ada semacam pondasi yang mungkin merupakan candi perwara dan juga sungai kecil. Ornamen penghias candi ini tergolong sederhana, tidak ada arca atau relief Agastya, Durga, dan Ganesha. Di dalam candi ini terdapat sebuah yoni.

Komplek percandian di gedong songo. gambar di samping merupakan candi gedong 1
ini foto hasil jepretan saya pada candi gedong1

Selasa, 18 Mei 2010

sing njogo blog


pembukaan blog baru arek Historia

Setelah diskusi dan melakukan pengamatan pada candi penataran, dengan sangat bersemangatnya poto-poto di candi induk, narsis-narsis euy.....



Candi Panataran yang terletak di sebelah utara Blitar adalah satu-satunya komplek percandian yang terluas di kawasan Jawa Timur. Berdasarkan laporan Dinas Purbakala tahu 1914-1915 nomor 2045 dan catatan Verbeek nomor 563, merupakan bangunan kekunaan yang terdiri atas beberapa gugusan sehingga disebut Komplek Percandian. Lokasi bangunan candi ini terletak di lereng barat-daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter dpl (di atas permukaan air laut), di desa yang juga bernama Panataran, Kecamatan Nglegok, Blitar. Hanya berjarak sekitar 12 kilometer dari Kota Blitar atau kurang lebih setengah jam perjalanan dengan kendaraan bermotor. Dengan jalan yang relatif mulus dan cukup lebar hingga di depan komplek candi.











Candi Panataran ditemukan pada tahun 1815, tetapi sampai tahun 1850 belum banyak dikenal. Penemunya adalah Sir Thomas Stamford Raffles (1781-1826), Letnan Gubernur Jenderal pemerintah kolonial Inggris yang berkuasa di Negara Indonesia. Raffles bersama-sama dengan Dr.Horsfield seorang ahli Ilmu Alam mengadakan kunjungan ke Candi Panataran, dan hasil kunjunganya dibukukan dalam buku yang berjudul "History of Java" yang terbit dalam dua jilid. Jejak Raffles ini di kemudian hari diikuti oleh para peneliti lain yaitu : J.Crawfurd seorang asisten residen di Yogyakarta, selanjutnya Van Meeteren Brouwer (1828), Junghun (1884), Jonathan Rigg (1848) dan N.W.Hoepermans yang pada tahun 1886 mengadakan inventarisasi di komplek percandian Panataran.

Memasuki areal Candi, di pintu utama kita akan disambut dua buah arca penjaga pintu atau disebut dengan Dwaraphala yang dikalangan masyarakat Blitar terkenal dengan sebutan "Mba Bodo". Yang menarik dari arca penjaga ini bukan karena arcanya yang besar, namun karena wajahnya yang menakutkan (Daemonis). Pahatan angka yang tertera pada lapik arca tertulis dalam huruf Jawa Kuno : tahun 1242 Saka atau kalau dijadikan Masehi (ditambah 78 tahun) menjadi tahun 1320 Masehi. Berdasarkan pahatan angka yang terdapat pada kedua lapik arca, bahwa bangunan suci palah (nama lain untuk Candi Panataran) diresmikan menjadi kuil negara (state-temple) baru pada jaman Raja Jayanegara dari Majapahit yang memerintah pada tahun 1309-1328 Masehi.

Di sebelah timur Arca terdapat sisa-sisa pintu gerbang yang terbuat dari bahan batu bata merah. Bangunan penting lainnya yang terdapat disekitar gerbang adalah bangunan yang berbentuk persegi panjang yang disebut dengan Bale Agung. Kemudian bangunan bekas tempat pendeta yang hanya tinggal tatanan umpak-umpak saja. Sebuah bangunan persegi empat dalam ukuran yang lebih kecil dari Bale Agung adalah Pendopo Teras atau batur pendopo yang berupa candi kecil berangka tahun yang disebut Candi Angka Tahun, dimana bangunan-bangunan tersebut terbuat dari bahan batu andesit.











Di sebelah selatan bangunan candi masih berdiri tegak sebuah batu prasasti atau batu bertulis. Prasasti ini menggunakan huruf Jawa Kuno bertahun 1119 Saka atau 1197 Masehi yang dikeluarkan oleh Raja Srengga dari Kerajaan Kediri. Isinya antara lain menyebutkan tentang peresmian sebuah perdikan untuk kepentingan Sira Paduka Batara Palah (Candi Panataran). Jadi proses pembangunan komplek Candi Panataran memakan waktu sekurang-kurangnya 250 tahun, dimana mulai dibangun tahun 1197 pada jaman Kerajaan Kediri sampai tahun 1454 pada jaman Kerajaan Majapahit.

Candi berikutnya adalah Candi Naga yang terbuat seluruhnya dari batu dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Disebut Candi Naga karena sekeliling tubuh candi dililit naga dan fitur-fitur atau tokoh-tokoh seperti raja sebanyak sembilan buah. Diantara bangunan candi yang paling besar adalah candi induk, yang terletak dibagian yang paling belakang yaitu bagian yang dianggap suci. Bangunan candi induk terdiri dari tiga teras bersusun dengan tinggi seluruhnya 7,19 meter. Pada masing-masing sisi kedua tangga naik ke teras pertama terdapat arca Dwaraphala, pada alas arca terdapat angka tahun 1269 Saka atau 1347 Masehi.

Pada bagian paling belakang candi terdapat kolam suci, yang konon ceritanya adalah kolam yang dipergunakan sebagai tempat ibadah ritual. Sisa-sisa kemewahan masa lampau memang masih terlihat dari bangunan kolam mini ini. Kolam yang berukuran sekitar 2 x 5 meter ini terlihat bersih dan tertata bagus. Membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 1 jam untuk menelusuri keseluruhan areal Candi Panataran. Karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Kota Blitar sekaligus masih satu jalur dengan tempat wisata ziarah Makam Bung Karno, maka jika kebetulan anda berkunjung ke Blitar tak ada salahnya untuk menyempatkan waktu berkunjung ke Candi Panataran sebagai salah satu wujud penghargaan terhadap sejarah.